Banyak orang tergoda untuk mencoba diet detoks karena janji-janji yang menarik: “menurunkan berat badan dalam 3 hari”, “membersihkan usus”, hingga “mengembalikan energi tubuh”. Tapi apakah semua itu benar-benar terbukti? Apa kata para dokter dan ahli gizi?
Pendapat Para Profesional
Sebagian besar ahli gizi dan tenaga medis menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah kuat yang mendukung efektivitas jangka panjang dari diet detoks. Sebagian besar berat badan yang hilang selama program detoks biasanya berasal dari air dan massa otot, bukan lemak tubuh.
Selain itu, banyak program detoks yang terlalu ketat dapat menyebabkan:
- Kekurangan kalori dan nutrisi
- Penurunan energi drastis
- Gangguan metabolisme
- Sembelit atau diare akibat pola makan tidak seimbang
Ahli gizi lebih menganjurkan pendekatan yang seimbang, yaitu pola makan yang kaya buah dan sayuran, rendah makanan olahan, cukup protein, serta olahraga teratur.
Apakah Ada Manfaatnya?
Beberapa orang mungkin merasa lebih ringan atau segar setelah menjalani detoks. Hal ini sering kali bukan karena “racun” keluar dari tubuh, melainkan karena mereka menghentikan konsumsi gula berlebih, kafein, makanan cepat saji, dan alkohol — yang memang berdampak buruk jika dikonsumsi berlebihan.
Saran dari Para Ahli
Jika Anda tertarik mencoba detoks, lakukan secara bijak:
- Batasi hanya dalam waktu singkat (1–3 hari)
- Pastikan tubuh tetap mendapatkan cairan dan serat
- Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi
Detoks bisa menjadi awal yang baik, tapi bukan solusi utama. Gaya hidup sehat yang konsisten jauh lebih penting untuk kesehatan jangka panjang.

Komentar